Sabtu, 24 September 2016

Jomblo (tidak) Ngenes!



Sebuah paragraf bebas lepas tidak terikat.


Bermula dari salah satu anggota tim jones posting tulisan CEO Tim Jones yang berjudul “Tulang rusuk dan pemiliknya, tidak pernah tertukar” Timbul lah ide nulis lagi tapi berjadwal dan menjadi tantangan menulis di blog masing-masing dengan beda ‘tema’ tiap minggunya.

Tema minggu ini 18 s/d 25 September 2016 “Jomblo (tidak) Ngenes! Sebenarnya sangat kurang setuju sama temanya karna ini akan menjadi sedikit bukti dimana kata Jones (Jomblo Ngenes) adalah kata yang tidak mencerminkan seseorang yang jomblo, pasti kita akan lebih suka kata Lajang (bahasa halus dari kata jomblo).

it’s about being single tapi tidak ngenes sama sekali, menjalani hidup ini dengan memberi waktu yang cukup di tanganku baik untuk bekerja, makan, tidur, tertawa, ngobrol bahkan traveling. Jadi jomblo juga harus bisa nunjukin kualitas diri yang hebat, Ya kan? Sebuah relationship terlalu mainstream dengan hal-hal yang begitu saja, misalnya Ketemuan, Telponan, SMS-an, Chatting dan harus selalu kasih kabar setiap saat tidak kasih kabar akan membuat masalah kesil menajdi besar lalu ribut. Untuk apa menjalani sebuah relationship kalau masih merasa terkekang, selalu di curigai, tidak di percaya, selalu berusaha di atur pasangan dalam setiap hal? Kalian sehat? Hentikan sekarang juga! Jangan sampai tulisan ini terlalu banyak cerita tentang yang namanya “relationship” biar tulisan ini tidak melenceng dari tema, pokoknya relationship bukan poin yang akan aku bahas.

Keromantisan dan kebahagiaan akan terlihat ketika kalian berdua, Yakin? Tapi bukan berarti saat kita sendiri kita tidak bahagia! Bukannya kita tidak harus jatuh cinta dan tidak harus berada dalam suatu relationship agar kita bisa merasakan yang namanya bahagia?. Kadang ngenes itu cuma masalah sudut pandang tiap individu, cara setiap orang menilai aku tidak akan bilang itu salah sama sekali karena semua orang punya cara pandangnya tersendiri tentang jomblo. Tidak akan ada gunanya tulisan ini melemparkan fakta-fakta hanya membuat mereka terkesan akan status jomblo, takutnya mereka berubah pikiran berganti status dari relationship ke jomblo.

“semoga para jomblo diberikan ketabahan hati untuk melewati malam minggu ini dengan hashtag #prayforjomblo”. dan meraka tahu bagaimana perasaan para jomblo saat melihat postingan itu? Apakah akan merasa menjadi makhluk paling menderita? Apakah akan merasa seperti berada di neraka? Aku rasa tidak sama sekali karena apalah istimewanya malam minggu bila terasa sama dengan malam lainnya. Apakah saat mereka memamerkan kemesraan sebuah relationship di media sosial akan membuat para jomblo akan iri? Membuat para jomblo akan menangis darah? (aahh sedikit lebay), Apakah akan membuat para jomblo berpikir ‘kapan ya aku seperti itu? (di tambah emoticon sedih dan emoticon menangis)’ Tetap dengan jawaban tidak sama sekali karena para jomblo akan merasa seperti berada dalam sebuah Diorama, para jomblo hanya menonton mereka yang memamerkan tiap karakter dan akan siap untuk tertawa setiap adegan ketika para pamer keromantisan putus pada waktunya dan mereka menghapus foto-foto yang susah untuk di crop sambil menikmati secangkir teh Chamomile dan beberapa biskuit. Eeiitts ini memang sebuah pembelaan dari seorang jomblo, maksudnya mereka yang menulis dengan hashtag #prayforjomblo dan pamer kemesraan itu adalah orang-orang yang sedang bermasalah dengan kehidupan di relationship-nya, bukannya suatu hubungan itu tidak perlu khalayak ramai tahu? Hahahahahahahaha

Bagaimana kalau aku bilang aku jomblo karena tidak laku? Apakah itu terlalu berlebihan? Apakah aku harus daftar acara biro jodoh yang penuh drama? Apakah aku harus operasi plastic (Plastic Surgery)  biar banyak mengejar dan memuja aku? Ikut acara Takemeout di salah satu stasiun televisi? Ahahh itu hanya halusinasi para jomblo yang sudah putus asa! Jangan sampai deh terlalu larut dalam ego!

Melihat Timeline media sosial yang berisi motivasi untuk para jomblo, salah satu kutipannya seperti ini “Tuhan menjadikan aku jomblo karena dia tidak ingin aku bersama seseorang yang tidak layak menghabiskan waktuku” bahkan Sang Motivator terkenal bapak Mario Teguh pernah bilang di tulisannya “lebih baik sendiri menunggu orang yang tepat daripada menghabiskan waktu dengan orang yang salah” dan sampai ada perhelatan Tokyo Game Show 2016 game terbarunya Happy manager untuk para jomblo membuat suatu hubungan dan mengatur 3 wanita cantik di 1 apartement (membuat halusinasi para jomblo semakin tinggi). Apakah itu semua dapat membesarkan hati? menyenangkan hati? membuat kepala para-para jomblo membesar? Jawaban aku sudah pasti TIDAK sama sekali. Ingat! Jomblo bukan karena tidak laku, jomblo bukan karena keinginan sendiri dan jomblo bukan juga karena nasib TAPI jomblo itu adalah soal pilihan! Bukan pilihan ganda yang sudah ada jawabannya. Melainkan Pilihan belum siap untuk berhubungan. Percuma menjalani hubungan tapi jiwa masih ingin bebas.

Dengan sendiri aku bebas kemana-mana tanpa harus melapor ke atasan (sebut saja pacar) lagi apa, pergi kemana dan dengan siapa. Akhirnya aku mau bilang Jomblo itu bukan suatu masalah. Masalah itu adalah ketika mereka memutuskan untuk menjalani suatu hubungan agar terhindar dari status Jomblo. AKU JOMBLO TAPI AKU TIDAK NGENES

3 komentar: