Sebuah
paragraf lepas bebas tidak terikat
Bagi
aku cinta adalah salah satu kekuatan terbesar untuk melakukan apapun, termasuk
menjadi orang ketiga. Besar kemungkinan setiap orang pernah berada pada fase
ini. Dilema antara tetap menjadi orang ketiga atau mundur dari cinta segitiga
tersebut. Aku tahu aku yang jatuh cinta. Bukan dia. Aku paham aku yang memiliki
perasaan terlebih dahulu ke dia.
Sejujurnya
aku senang berlama-lama dengan dia. Menghabiskan setiap detik yang menemani aku
dan dia. Suara dia, manja dia, dan semua yang dia hadirkan membuatku merasa
lebih baik. Seringkali suasana hati yang sedang tidak karuan bisa tiba-tiba
tenang karena dia, semakin hari semakin nyaman. Ada rasa butuh yang membuat aku
semakin inginkan dia.
Aku
ingat tanpa sengaja mataku menatap mata dia sore itu di tempat biasa aku dan
dia bertemu. tidak ada yang lebih menyakitkan daripada menatap kedua mata orang
yang kita cintai, lalu menemukan bayangan orang lain terpantul disana. Ada
perasaan yang mendebarkan, ada hal-hal membuat aku tidak percaya pada diri aku
sendiri. Aku jatuh cinta pada seseorang yang sudah membiarkan hatinya diikat
oleh orang lain.
Jadi
orang ketiga bisa menjadi sesuatu yang membanggakan. Namun, hati terkadang
terlalu naif pada godaan bernama cinta. Tanpa bisa dicegah dan di kontrol,
tahu-tahu saja kita terjebak dalam suatu hubungan segitiga. Kita berusaha
keluar, mencari jalan pulang. Kita bahkan menumpuk banyak alasan untuk berhenti
memikirkannya. Berhenti menginginkannya.
Jadi
orang ketiga itu adalah orang yang datang untuk merusak hubungan percintaan
orang lain, memporak-porandakan hubungan cinta orang lain. Banyak yang bilang
cuma sampah yang mau jadi orang ketiga dalam hubungan tetapi sampah kok di
punggut :D hahahahha. Dalam menjalin suatu hubungan itu harus sama-sama penganut monogami dengan
garis keras! Hubungan yang
harus dibuat untuk dua
orang tidak lebih, tapi jelas beberapa orang tidak tahu bagaimana cara
menghitung. Dan orang ketiga itu sebetulnya bukan setan.
Orang ketiga itu manusia, tapi kelakuannya serupa setan atau mungkin orang
ketiga itu manusia tapi wajahnya kayak setan (Kata orang-orang yang hubungannya
di rusak orang ketiga). Tapi apa pun orang ketiga itu pasti selalu dicap
negatif sama orang-orang.
Kalau
dipikir-pikir emang ada ya yang mau jadi orang ketiga? emang ada ya yang tega
masuk sebagai duri, terus menghancurkan hubungan orang lain? Ada, AKU
hahahahahahaha (terlanjur basah, mandi deh).
Aku
akan membuat alasan sebagai pembenaran atas apa yang aku lakukan, tapi kita
harus sepakat kalau orang ketiga bukan satu-satunya pihak yang harus di
salahkan dalam hubungan. Siapa sih yang mau hubungan harmonisnya diganggu sama
orang ketiga? Tapi, kok ya orang ketiga kadang suka iseng aja mampir dalam
hubungan yang lagi mesra-mesranya. Huft.
Eh jangan salah, orang ketiga juga kadang tidak selalu jadi penghancur hubungan orang lain
loh, terkadang orang ketiga itu juga bisa mengharmoniskan hubungan sepasang
kekasih. Menguji pasangan kita setia atau tidak. Lagian untuk menjadi orang
ketiga itu tidak sembarangan orang, artinya hanya orang yang cerdas yang bisa
masuk untuk memblokade perasaannya agar merusak hubungan orang lain, gimana
susahnya si orang ketiga menahan sakitnya saat orang yang dia sayang cuma
sekedar bayangan. Lalu bagaimana orang ketiga dengan strateginya yang menawan
untuk mencoba masuk dalam hubungan orang lain (ngaca sambil pasang muka sinis).
Aku
ingin bertanya kepada semua. tahu rasanya jadi aku? di posisi aku menjadi orang ketiga? tidak kan?.
Kenapa ketika ada isu orang ketiga dalam suatu hubungan kebanyakan menyalahkan
orang ketiga tersebut. Siapa pun pasti tidak pernah mau menjadi orang ketiga.
Tapi, sekali lagi, kita ngomongin cinta dan perasaan yang sama sekali tidak bisa
kita kontrol, tidak bisa diatur. kalau bisa diatur, pasti kita sebagai orang
ketiga akan memilih untuk jatuh cinta pada orang lain yang masih sendiri, bukan
jatuh cinta pada pasangan orang lain. Terkadang kita tidak mau berkaca kepada
situasi. Ingat jangan terlalu menyalahkan orang ketiga didalam suatu hubungan,
karena “tamu” tidak akan masuk kalau “tuan atau nyonya” rumahnya membukakan
pintu. Pada dasarnya otak kita sudah menjudge berbagai hal negatif kepada orang
ketiga. Apapun itu, tanpa melihat dari berbagai sisi dan tidak mau menerima
alasan yang dilontarkan.
Mana bisa kita mengaku salah bila kita terus menyalahkan keadaan, yang mengaku salah tidak pernah juga menyalahkan diri sendiri, tidak pula keadaaan. untuk mengaku salah mengapa tidak coba menyalahkan hati?
Banyak hal yang tidak bisa dipaksakan tapi berhak untuk
diberi kesempatan, kesempatan untuk dia memperbaiki hubungan yang sudah dia hancurkan.
kini dibanding kepergian dia, sepertinya senja jauh lebih paham caranya
berpamitan.
Sedikit keingintahuan, tidak berlebih hanya sekedar bertanya
kabar. tenang saja, rindu itu tidak akan kembali. kita coba untuk tutup segala mungkin atau
tidaknya. sebab masih ada beberapa hal sederhana yang perlu di syukuri
keberadaannya, misalnya kedekatan kita (aku sebagai orang ketiga). ada kalanya
"aku" dan "kamu" lebih nyaman dijalani dibanding menjadi
"kita" yang rawan dan saling menyakiti
Sudah ah, lelah abang dek....
Apakah salah menjadi orang ketiga? mari kita kembalikan lagi
ke kita gaessss..