Minggu, 30 Oktober 2016

Putih abu-abu di media sosial

Sebuah paragraf bebas lepas tidak terikat

media sosial atau Sosial media (sosmed) siapa yang tidak kenal dengan dua kata yang sangat fenomenal di era masa kini, suka atau tidak suka, sudah seperti menjadi republik tersendiri, punya rakyat, komunitas, karakternya juga sangat beragam, ada yang pro ada pula yang kontra, ada yang paling ekstrim ada pula yang fanatik, ada yang sangat happy dan ada yang unhappy, tetapi itulah suara-suara hati dan pikiran maysrakat yang terbaca dari media sosial. 

Aku termasuk pengguna sosial media, pertama kali aku menggunakan media sosial saat aku masih lugu-lugunya di sekolah menengah atas (SMA), media sosial yang aku gunakan adalah  friendster untuk mencari teman-teman SD dan SMP yang sudah lost contact karena di jaman dulu aku belum menggunakan telepon seluler (Syedih syekali zyaman dyulunya abang dek). Kalau sekarang Friendster sudah jauh kalah terbenam oleh facebook dan twitter, terlebih setelah produsen seluler menanamkan fitur facebook dan twitter di telepon genggam yang dibuatnya. Dulunya aku sangat tidak aktif menggunakan sosial media, namun dapat dikatakan bahwa untuk saat ini aku sudah hampir menggunakan beragam media sosial, seperti facebook, instagram, path.
 
Sebelum jauh membahas media sosial, tidak ada salahnya kalau kita tahu dahulu apa itu media sosial.
 
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content" 

Media sosial adalah sebuah media yang digunakan oleh individu untuk dapat berpartisipasi, berbagi, kepada dunia luas melalui dunia virtual atau dunia maya di Internet.
 
Pasti kita semua tahu siapa Rey Utami yang menjadi viral di media sosial karena kisah cinta dia yang berkenalan di jejaring sosial bernama “Tinder” berkenalan sama pengusaha muda yang kaya raya, hanya dalam 7 hari setelah pertemuan mereka langsung mengadakan pernikahan. Tinder menjadi salah satu sarana yang bisa dimanfaatkan untuk mencari jodoh, aplikasi online dating berbasis lokasi. Singkat kata, ketika kita mengaktifkan aplikasi ini di suatu tempat dan di sekitarmu ada orang yang menggunakannya juga, kita akan memiliki kesempatan untuk ter-'koneksi'.

Sekarang giliran aku berbagi cerita tentang pertemuan dua insan (biar dramatis) melalui media sosial, zaman dahulu kala sebelum ada facebook. Yang lagi hit-hitsnya di dunia maya adalah friendster. Di jejaring itu aku mendaftar, mulai membuat email, dan login, menambahkan teman dan berkenalan lalu menjalin suatu komunikasi, serta mengeluarkan jurus merayu gombal (ala anak SMA pada zamannya) demi mendapat teman dekat. Ada yang tertarik loh, tapi sisanya sebagian besar acuh tak acuh alias mengganggap rayuan aku biasa-biasa saja (atau yang di rayu sudah mati rasa hahahahahaha).

Dan dekatlah aku sama seseorang lewat friendster, dia sedang menempuh pendidikan di Sekolah Menangah Pertama (SMP). Intens saling berkomunikasi lewat internet. Dari friendster ke chating, karena memang friendster tidak menyediakan layanan chating. Maka MIRc yang diandalkan. Singkat cerita, dia dan aku sepakat jadian. Lucu kan Hahahahahahaha, padahal belum bertemu secara langsung.

Surat cinta pun dikirim via layanan pesan di friendster. Kata-kata penuh ungkapan cinta pun berderet-deret sepanjang di depan layar computer warung internet. Sampai suatu ketika, aku mengatakan ingin bertemu. dia mengajak aku bertemu di salah satu pusat pembelanjaan di pasar (Tropi), Akhirnya aku bertemu dengannya. Wajahnya lumayan manis, semanis di foto (walau sedikit buram karena dulu seluler masih 3MP kameranya dan belum ada aplikasi edit kamera 360) yang dia pasang di friendster. Tapi yang membuat kecewa, responnya tidak begitu antusias kala kami bertemu. Biasa saja reaksinya, bahkan terkesan tidak ingin memperpanjang pertemuan. aku pun tahu diri, mungkin dia kecewa setelah melihat aslinya aku

Tepat sekali. tidak sampai seminggu kemudian lewat friendster pula, aku di putuskan dia yang lebih banyak dirintis di dunia maya. Sebagai seorang yang sangat demokratis, aku pun dengan lapang dada menerimanya. Toh, tidak jadi dengannya, masih banyak yang lainnya yang menunggu rayuan gombalku wkwkwkwkkwkwk setelah putus dengannya, aku tidak berputus asa donk. Kembali bergeriliya mendapatkan sosok idaman, lagi-lagi lewat dunia maya pastinya. Keberhasilan mendapatkan kekasih meski seumur jagung lewat friendster membuat semangat asmara bergelora.

Kenallah aku dengan seorang yang baru. Gadis cantik bertubuh mungil. Lewat friendster pula saling membagi obrolan. Pada akhirnya, setelah sekian lama berkomunikasi lewat friendster dengan segenap keberanian, aku ungkapan isi hati. Gayungpun bersambut kembali Eaaaaaaaaaaaaaaa. Di sebuah pojok jalan terminal rawasari, kebetulan kala itu aku pulang sekolah selalu berjalan ke terminal untuk mencari kendaraan umum, kami bertemu. Sangat romantis, karena saat itu gerimis turun merinai membasahi kota Jambi. Dua gelas es cendol jadi menu aku dan dia. Masih agak malu-malu kala pertama bertemu. Setelah itu pertemuan demi pertemuan terjadi. Ayu sepertinya tidak seperti gadis kota Jambi lainnya. Dua tangan bertepuk. Bahkan kian dekat, kian mesra, terlebih setelah berbagi nomor handphone. Maka, jadi rutinitas, menjel ang makan siang dan menjelang melelapkan mata, ada sekian kalimat penuh cinta dikirimkan. Saling berbalas, sampai mimpi menjemput.

Setelah kejadian-kejadian yang aku alami, sosial media penting sekali karena dapat menjadi sarana untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Selain itu, melalui sosial media kita bisa menjadi lebih update lagi dengan informasi dari dunia luar, penggunaan media sosial bisa menyita banyak waktu. Sosial media memiliki banyak manfaat, tetapi bila dipakai dengan tidak semestinya akan menjadi boomerang bagi penggunanya.

Sekarang hampir semua orang memiliki ponsel cerdas yang tidak pernah lepas dari tangannya. Ke mana-mana selalu dibawa dan dibaca. Seolah-olah hidupnya tergantung pada ponsel itu. Tidak pernah semenit pun lewat tanpa membuka sosial media. Hal ini dapat dimasukkan dalam kategori kecanduan, seperti kecanduan rokok, alkohol dan narkoba. Siang-malam mereka tidak dapat berhenti menggunjingkan orang (kerjaan Ibu CEO kita kalau lagi ngobrol via WhatsApp). Bahkan bangun tidur hal yang kita lakukan pertama kali adalah membuka ponsel.

Ada efek media sosial yang terjadi pada diri aku. Yang pertama efek media sosial yang positif yaitu bisa menghubungkan aku dengan saudara yang jauh, ,enghubungan aku dengan pacar di kala jarak memisahkan, serta bisa untuk berbagi cerita dan foto dengan teman-teman, tapi semua itu pasti ada efek sampingnya bagi teman-teman yang kurang piknik mereka akan nyinyir dan iri melihat foto kita lagi jalan-jalan atau iri ketika kita memamerkan barang baru di media sosial. Kedua efek negatifnya aku jadi jarang beraktifitas di dunia nyata/ real, jadi sering mainan hp disaaat ngobrol dengan teman dan keluarga.

Aku merasa media sosial itu tidak bisa dihindari namun yang dapat aku lakukan hanyalah mengontrol, Dan sekarang kecenderungan untuk membuka media sosial sendiri aku coba kontrol dan aku kurangi. Pada internet pula aku harus mengatakan rasa terima kasih tidak terhingga sepanjang masa, karena lewat internet pula aku jatuh bangun, putus nyambung menjalin kasih.

Media sosial bisa kita gunakan untuk berbagi, tapi tidak dalam segala hal misalnya berbagi hati atau berbagi pasangan ke yang lain eehhh. Coba jadikanlah akun yang bermanfaat untuk orang lain di kala mereka membacanya :D 

Terima kasih untuk curhatannya teman yang tidak ingin di sebutkan namanya.

2 komentar:

  1. Curhatan teman apa curhatan sendiri? ahahahhaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. sendiri!
      udah terlalu lama sendiri, sudah lalu lama aku masih sendiri lalalalala

      Hapus