“PRAHA”
Ke sana disaat musim dingin
Duduk disamping jendela apartmen sambil menyeruput secangkir coklat hangat serta ditemani buku Ikigai.
Bel pintu tiba-tiba berbunyi, semua khayalanku menjadi buyar sesaat.
dia yang tidak sengaja ku temui di supermarket ketika aku membeli kebutuhan keseharianku berada di depan pintu apartmen ku sekarang.
Dan tak pernah terbayang obrolan ini akan berjalan begitu ringan tanpa beban
Dia bertanya kepadaku “mengapa kamu berada di praha, sendiri dikota yang begitu romantis ini?”
Aku menjawab sekedarnya saja
“Aku hanya memberikan penghargaan kepada diriku sendiri setelah penatnya bekerja, otak yang pusing, hati yang sakit serta tubuh yang lelah. Dan andai saja aku pergi ke praha bersama pasanganku, mungkin kita tidak akan duduk berdua di sini”
Terlihat salju turun, perlahan menutupi jalan-jalan di praha bahkan menutupi jendela kamarku.
“Lalu kami berdua tertawa”
“Dulu London tujuanku, bahkan Rio De Janeiro sempat terlintas di benak ku tetapi aku malah tersesat di Praha. Kota yang tidak pernah terbayangkan seromantis ini disaat musim dingin” kataku, seperti biasa selalu mencoba menjadi pencerita ulung
Aku bertanya kepadanya “Apa pernah kamu membayangkan kamu berada di Londoy Eye? Atau berada di Christ the Redeemer?”
“Takut akan ketinggian tapi kamu naik London Eye setinggi 135 meter atau 443 kaki atau berjuang menuju Christ The Redeemer di ketinggian 704 meter, dan disinilah aku berada di kota Praha, mencari aman dan ketenangan”
Kalian mau tahu tempat pertama yang aku kunjungi di praha?
Sama seperti ceritaku ke dia tentang jembatan ‘Charles Bridge’
Jembatan yang romantis, aku bercerita tentang temenku yang pernah ke sana disaat senja (si Renjana dikala Senja) temenku bercerita betapa senduhnya senja kala itu.
Mungkin aku rasa temanku harus ke sini, disaat musim dingin, biar temenku tahu bagaimana musim dingin akan bersaing dengan hatinya yang dingin ~
Ceritaku terpotong oleh sebuah pertanyaan dari dia “siapa renjana, seperti apa dia?
Singkatku menjawab “Renjana sosok wanita yang mempunyai hati yang kuat seperti arti namanya”
“Aku mau jadi Renjana” kata dia
“Renjana tidak bisa kita ciptakan, kita tidak bisa menjadi Renjana ketika kita ingin karena Renjana tercipta oleh keadaan yang sudah dia jalani selama hidupnya” jawabku lagi
Sosok ‘dia’ yang sedang menungguku untuk menjadi teman bicara. Dia dengan sikapnya yang selalu mudah untuk diajak berbicara memudahkan terjalinnya sebuah diskusi diantara kami berdua. Dia yang sampai saat ini belum menghakimi ku
Kehidupan yang penuh dengan berjuta misteri
Silahkan kalian menerka-nerka ‘bagaimana dia berada di apartemenku dan Bagaimana kami berdua bisa kenal’
“croissant” benar sekali!
Roti yang memiliki sejarah, mitologi dan kami berdua berebut memilih roti croissant.
Seperti hidup, pilihan hidup yang jika diingat benar-benar keputusan terpenting dan jika dipikir lebih dalam lagi, inilah keputusan paling benar di dalam hidupnya.
Aku suka melihat dia rileks dan tidak banyak berpikir untuk menikmati croissant tersebut.
Jika mengingat tingkahnya, membuatku senyum-senyum sendiri.
Dia menarik tanganku, mengajakku menikmati sore di Praha.
Baru melangkah keluar dari apartemen, kami sudah disuguhkan suara dentang jam astronomi.
Dia bercerita tentang jam astronomi, dan aku hanya mengangguk untuk menunjukkan seolah-olah aku mengerti siapa pembuat jam astronomi tersebut.
Tidak jauh dari jam astronomi, ada pasar natal di old town square. Alun-alun kota saksi sejarah dan pergerakan Praha.
Kami berdua mampir sebentar untuk membeli roti dan segelas coklat hangat. Bekal yang kami rasa cukup untuk perjalanan menuju Charles Bridge.
Ketika paduan Gothic dan Baroque terlihat di jembatan ini. “Baroque muncul saat masa Renaissance” itu yang dikatakan oleh Dia
“Patung St Jhon of Nepomuk”
Dia bertanya kepadaku “Kamu mau kembali lagi ke Praha?”
Aku Mengangguk sambil menahan dinginnya malam.
“Sini, Kamu sentuh plakat keemasan ini. Konon katanya setelah menyentuh ini kamu bisa kembali ke Praha, mendapat rejeki bagus dan juga dipercaya bagi yang single bisa mendapatkan pasangan”
Sekarang aku tersadar, Praha tidak hanya tentang Charles Bridge, Jam Astronomi, Old Town Square untuk pendatang seperti aku, tapi lebih dari itu, yaitu KAMU!