Minggu, 20 November 2016

Sebuah cerita lain yang terlanjur mencair tanpa ia pernah membeku

Sebuah paragraf lepas bebas tidak terikat


Bagi aku cinta adalah salah satu kekuatan terbesar untuk melakukan apapun, termasuk menjadi orang ketiga. Besar kemungkinan setiap orang pernah berada pada fase ini. Dilema antara tetap menjadi orang ketiga atau mundur dari cinta segitiga tersebut. Aku tahu aku yang jatuh cinta. Bukan dia. Aku paham aku yang memiliki perasaan terlebih dahulu ke dia. 

Sejujurnya aku senang berlama-lama dengan dia. Menghabiskan setiap detik yang menemani aku dan dia. Suara dia, manja dia, dan semua yang dia hadirkan membuatku merasa lebih baik. Seringkali suasana hati yang sedang tidak karuan bisa tiba-tiba tenang karena dia, semakin hari semakin nyaman. Ada rasa butuh yang membuat aku semakin inginkan dia.

Aku ingat tanpa sengaja mataku menatap mata dia sore itu di tempat biasa aku dan dia bertemu. tidak ada yang lebih menyakitkan daripada menatap kedua mata orang yang kita cintai, lalu menemukan bayangan orang lain terpantul disana. Ada perasaan yang mendebarkan, ada hal-hal membuat aku tidak percaya pada diri aku sendiri. Aku jatuh cinta pada seseorang yang sudah membiarkan hatinya diikat oleh orang lain. 

Jadi orang ketiga bisa menjadi sesuatu yang membanggakan. Namun, hati terkadang terlalu naif pada godaan bernama cinta. Tanpa bisa dicegah dan di kontrol, tahu-tahu saja kita terjebak dalam suatu hubungan segitiga. Kita berusaha keluar, mencari jalan pulang. Kita bahkan menumpuk banyak alasan untuk berhenti memikirkannya. Berhenti menginginkannya.

Jadi orang ketiga itu adalah orang yang datang untuk merusak hubungan percintaan orang lain, memporak-porandakan hubungan cinta orang lain. Banyak yang bilang cuma sampah yang mau jadi orang ketiga dalam hubungan tetapi sampah kok di punggut :D hahahahha. Dalam menjalin suatu hubungan itu harus sama-sama penganut monogami dengan garis keras! Hubungan yang harus dibuat untuk dua orang tidak lebih, tapi jelas beberapa orang tidak tahu bagaimana cara menghitung. Dan orang ketiga itu sebetulnya bukan setan. Orang ketiga itu manusia, tapi kelakuannya serupa setan atau mungkin orang ketiga itu manusia tapi wajahnya kayak setan (Kata orang-orang yang hubungannya di rusak orang ketiga). Tapi apa pun orang ketiga itu pasti selalu dicap negatif sama orang-orang.

Kalau dipikir-pikir emang ada ya yang mau jadi orang ketiga? emang ada ya yang tega masuk sebagai duri, terus menghancurkan hubungan orang lain? Ada, AKU hahahahahahaha (terlanjur basah, mandi deh).

Aku akan membuat alasan sebagai pembenaran atas apa yang aku lakukan, tapi kita harus sepakat kalau orang ketiga bukan satu-satunya pihak yang harus di salahkan dalam hubungan. Siapa sih yang mau hubungan harmonisnya diganggu sama orang ketiga? Tapi, kok ya orang ketiga kadang suka iseng aja mampir dalam hubungan yang lagi mesra-mesranya. Huft.

Eh jangan salah, orang ketiga juga kadang tidak selalu jadi penghancur hubungan orang lain loh, terkadang orang ketiga itu juga bisa mengharmoniskan hubungan sepasang kekasih. Menguji pasangan kita setia atau tidak. Lagian untuk menjadi orang ketiga itu tidak sembarangan orang, artinya hanya orang yang cerdas yang bisa masuk untuk memblokade perasaannya agar merusak hubungan orang lain, gimana susahnya si orang ketiga menahan sakitnya saat orang yang dia sayang cuma sekedar bayangan. Lalu bagaimana orang ketiga dengan strateginya yang menawan untuk mencoba masuk dalam hubungan orang lain (ngaca sambil pasang muka sinis).

Aku ingin bertanya kepada semua. tahu rasanya jadi aku? di posisi aku menjadi orang ketiga? tidak kan?. Kenapa ketika ada isu orang ketiga dalam suatu hubungan kebanyakan menyalahkan orang ketiga tersebut. Siapa pun pasti tidak pernah mau menjadi orang ketiga. Tapi, sekali lagi, kita ngomongin cinta dan perasaan yang sama sekali tidak bisa kita kontrol, tidak bisa diatur. kalau bisa diatur, pasti kita sebagai orang ketiga akan memilih untuk jatuh cinta pada orang lain yang masih sendiri, bukan jatuh cinta pada pasangan orang lain. Terkadang kita tidak mau berkaca kepada situasi. Ingat jangan terlalu menyalahkan orang ketiga didalam suatu hubungan, karena “tamu” tidak akan masuk kalau “tuan atau nyonya” rumahnya membukakan pintu. Pada dasarnya otak kita sudah menjudge berbagai hal negatif kepada orang ketiga. Apapun itu, tanpa melihat dari berbagai sisi dan tidak mau menerima alasan yang dilontarkan. 

Mana bisa kita mengaku salah bila kita terus menyalahkan keadaan, yang mengaku salah tidak pernah juga menyalahkan diri sendiri, tidak pula keadaaan. untuk mengaku salah mengapa tidak coba menyalahkan hati?

Banyak hal yang tidak bisa dipaksakan tapi berhak untuk diberi kesempatan, kesempatan untuk dia memperbaiki hubungan yang sudah dia hancurkan. kini dibanding kepergian dia, sepertinya senja jauh lebih paham caranya berpamitan.  

Sedikit keingintahuan, tidak berlebih hanya sekedar bertanya kabar. tenang saja, rindu itu tidak akan kembali. kita coba untuk tutup segala mungkin atau tidaknya. sebab masih ada beberapa hal sederhana yang perlu di syukuri keberadaannya, misalnya kedekatan kita (aku sebagai orang ketiga). ada kalanya "aku" dan "kamu" lebih nyaman dijalani dibanding menjadi "kita" yang rawan dan saling menyakiti 

Sudah ah, lelah abang dek....

Apakah salah menjadi orang ketiga? mari kita kembalikan lagi ke kita gaessss..

2 komentar:

  1. Itu judul, apa curhat ? hahahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. tjuurhatt
      sombong bgt yang orang ketiga dan g mau cerita ttg cinta segitiganya wkwkwkwk

      Hapus